Jelaskan dan berikan contoh masing - masing dari ciri - ciri teknologi tradisional berikut :
1. Bersifat padat karya ( banyak menyerap tenaga kerja )
2. Menggunakan keterampilan setempat
3. Menggunakan alat setempat
4. Menggunakan bahan setempat
5. Berdasarkan kebiasaan / pengamatan
1. Bersifat padat karya ( banyak menyerap tenaga kerja )
2. Menggunakan keterampilan setempat
3. Menggunakan alat setempat
4. Menggunakan bahan setempat
5. Berdasarkan kebiasaan / pengamatan
Jawab :
1. Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)
1. Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)
Padat karya adalah:
a. Pekerjaan yg berasaskan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia (dalam jumlah yang besar);
b. Kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan modal atau mesin
Maika Etnik merupakan salah satu industri padat karya Indonesia. Maika Etnik menjual berbagai macam jenis tas handmade, sepatu, tas laptop, serta smallcase / tempat handphone dan semacamnya dengan design-design dari Maika Etnik yang khas, original yang mengacu pada gaya etnik modern yang attractive dengan kombinasi warna-warni yang serasi. Aplikasi yang diterapkan berupa sulam, kain perca, kancing, pita dan renda yang dipadukan dalam satu tema. Harga yang terjangkau juga menjadi salah satu faktor pendukung industri ini agar dapat bersaing dengan produsen-produsen tas modern terkini. Maika Etnik telah memiliki cabang dimana-mana dan memasarkannya melalui online shop. Maika Etnik sendiri, berawal dari Bandung, Surabaya, dan Jakarta.
Dengan memajukan industri padat karya Indonesia, merupakan salah satu langkah menciptakan lapangan kerja baru dan menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Permasalahan tenaga kerja bukan lagi permasalahan yang baru bagi Indonesia. Tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi merupakan faktor pendorong tingginya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) keluar negri. Dan bukan pula masalah yang baru penyiksaan,serta penderitaan para TKI yang bekerja diluar negeri dihadapi oleh Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia begitu kaya dengan alamnya yang mempesona dan segala sumber daya yang dimilikinya, mengapa kita harus mencari penghasilan keluar dari Indonesia jika dinegara sendiri begitu banyak kekayaan alam yang dimiliki. Mengapa kita harus berkarya diluar negeri jika bisa berkarya dinegeri sendiri.
Untuk itu, pengembangan UKM merupakan salah satu langkah dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia dan penggerak perekonomian Indonesia. Industri-industri kecil yang berawal dari industri rumahan jika dikembangkan dengan baik tak ayal bisa menjadi salah satu pendorong turunnya angka pengangguran di Indonesia. Hal ini yang terkadang dilewatkan oleh pemerintah. Fokus pemerintah yang terlalu sering memusatkan pandangan mata pada sektor makro secara tidak sadar telah melupakan sektor UMKM atau industri-industri padat karya lainnya yang justru berkembang pesat di masyarakat. Tidak sedikit tangan-tangan kreatif Indonesia yang telah menghasilkan karya-karya yang begitu indah dan mampu bersaing di kancah internasional.
2. Menggunakan keterampilan setempat
Dalam kewirausahaan, keterampilan setempat sangat berpengaruh. Dengan adanya keterampilan setempat, maka suatu daerah dapat membuat suatu usaha yang akan menjadi ciri khas daerah tersebut. Keterampilan itu sendiri bisa di dapatkan melalui usaha masyarakat setempat dalam bereksplorasi dan mencoba-coba sehingga melahirkan berbagai hasil kerajinan dari bermacam-macam bahan baku yang ada di sekitarnya.
Contoh usaha yang menggunakan keterampilan setempat adalah perajin mebel kayu di Jatimulyo, Dlingo, Bantul. Letak geografis Desa Jatimulyo yang berada perbukitan membuat lahan milik warga tidak produktif ditanami komoditas pertanian. Beruntung, warga setempat memiliki keterampilan membuat kerajinan berbahan baku kayu jati seperti pintu, kusen, dan almari. Bagi warga Jatimulyo keterampilan membuat kerajinan kayu jati merupakan berkah. Sebab seluruh kebutuhan rumah tangga (sekuder dan primer) menggantungkan sektor kerajinan kayu jati. Selain memanfaatkan kayu jati, warga menggunakan kayu mahoni dan sonokeling untuk membuat kerajinan kayu. Sayang, nilai tawar barang kerajinan yang dibuat perajin kalah dengan para tengkulak disebabkan sulitnya memasarkan hasil kerajinan warga setempat ke luar wilayah Bantul.
3. Menggunakan alat setempat
Usaha kerajinan setiap daerah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh adat istiadat budaya setempat serta alat yang digunakan. Masyarakat dalam suatu daerah, dapat memanfaatkan alat yang terdapat di daerahnya sehingga dapat menghasilkan suatu kerajinan yang bermanfaat serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, hasil kerajinan tersebut juga dapat menjadi ciri khas daerah tersebut sehingga dapat menarik wisatawan untuk membeli dan berkunjung ke daerah tersebut baik itu wisatawan domestik maupun dari mancanegara. Hal ini tentu saja juga sangat membantu perekonomian daerah setempat karena dapat menjadi objek pariwisata bagi wisatawan.
Indonesia sangat kaya akan hasil tenun tradisional. Kerajinan tenun Desa Wisata Gamplong di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu produk kerajinan tenun yang diproses menggunakan alat tenun bukan mesin. Tenun yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin merupakan kerajinan yang berupa kain yang dibuat dari benang dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin.
Sejak 1950-an Gamplong sudah terkenal sebagai desa penghasil barang kerajinan tenun. Keterampilan menenun warga setempat diperoleh secara turun menurun. Setelah Gamplong diresmikan menjadi desa wisata, kini banyak wisatawan yang mengunjungi desa itu untuk mengetahui proses produksi kerajinan tenun yang dilakukan para perajin setempat. Setelah melihat proses produksi, biasanya wisatawan membeli langsung produk tenun, sekaligus memesan produk dalam jumlah banyak. Produk tenun di desa itu pada awalnya berupa kain lurik, serbet makan, dan stagen. Namun, kini para perajin melakukan inovasi produk dengan membuat tas wanita, tempat/rak buku, dan asesoris lain dengan bahan baku bervariasi seperti tanaman eceng gondok, lidi, serat, dan akar wangi yang ditenun sekaligus. Inovasi produk tersebut dimulai setelah para perajin memperoleh pesanan dari pembeli dari luar negeri untuk membuat produk berbahan alami.
4. Menggunakan bahan setempat
Usaha kerajinan yang menggunakan bahan setempat merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan produktivitas warga setempat. Dengan memanfaatkan bahan yang terdapat dalam suatu daerah, warga dapat membuat kerajinan yang khas melalui pemanfaatan maksimal dari potensi sumber daya alam daerahnya dan juga dapat berkontribusi positif terhadap pendapatan warga.
Kerajinan Akar Wangi masyarakat Kabupaten Garut merupakan salah satu usaha yang menggunakan bahan setempat. Sebagai salah satu nominatif penghasil akar wangi terbesar dunia, masyarakat Kabupaten Garut telah mengupayakan pemanfaatan maksimal dari potensi sumber daya alam yang dimilikinya dengan cara membuat kerajinan berbahan akar wangi dalam wujud hiasan dinding/meja, taplak meja, vas bunga, tempat lilin, sajadah, dekorasi dan produk kreatif lainnya.
5. Berdasarkan kebiasaan / pengamatan
Suatu usaha juga dapat terbentuk berdasarkan kebiasaan/pengamatan terhadap perkembangan perdagangan dalam suatu negara. Seseorang yang ingin berwirausaha, biasanya melihat peluang bisnis apa yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pengamatan-pengamatan tersebut kemudian dihimpun sehingga muncullah ide untuk membuat suatu usaha yang berpotensi dan mempunyai daya jual yang tinggi.
Usaha musiman terompet dan kembang api adalah salah satu contoh usaha yang terbentuk berdasarkan pengamatan/kebiasaan. Ketika menjelang tahun baru, permintaan terhadap pernak-pernik menyambut tahun baru tentulah sangat tinggi terutama terompet dan kembang api karena kedua pernak-pernik inilah yang digunakan oleh masyarakat untuk menandakan bahwa pergantian tahun telah dimulai dan ini sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat dalam menyambut malam pergantian tahun.
0 komentar:
Posting Komentar